Satu Negara mempunyai Tiga Mata Uang !!
By Candra
Pernahkah Anda membayar ongkos bus atau angkot yang lainnya sebesar 3 triliun dollar? Di Zimbabwe, seorang wanita yang sehari-harinya bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan di Harare membayar 3 triliun dollar Zimbabwe untuk ongkos bus. Namun, nilai itu hanya setara dengan 50 sen mata uang AS, atau kalau di Rupiahkan ke dalam Indonesia senilai 5.000 Rupiah.
Pertanyaanya bagaimana bisa! Terus bagaimana tatanan dalam kota tersebut?
Kemungkinan semua itu bisa jadi, Zimbabwe sudah salah satu negera yang jadi contoh kebobrokan pemerintah mengatur ketatanan negara dalam bidang mata uang.
Sepertinya tidak seorang pun yang merasa canggung (menggunakan dollar Zimbabwe dalam bertransaksi), ungkap Abduh Noviko. Ia pun mengaku kerap melihat seorang petugas polisi menggunakan dollar Zimbabwe untuk membayar ongkos.
Bagaimana dengan sepek terjang kondektur supir bus yang ada di Zimbabwe?
Kondektur bus pun tampaknya tidak sungkan memilih berapa tiap triliunan dollar Zimbabwe yang dibayarkan oleh penupang bus tersebut. Al hasi yang penting sang supir bisa menghitung uang tersebut he he he..! yang uniknya sekaligus sedikit rumit, para sopir dan kondektur bus bisa memberi kelebihan ongkos yang dibayar oleh penumpang tersebut dalam bentuk dollar Zimbabwe menjadi dollar AS.
He he he 3x emang enuk !!!
Namun pernah terjadi suatu insiden. Salah satu penumpang menodong senjata apinya ke arah sopir dan memaksanya mengembalikan uangnya dalam dollar Zimbabwe. Di negara Zimbabwe dalam bertransaksi menggunakan lebih dari satu mata uang. Selain dollar Zimbabwe, negara yang terletak di Arika bagian selatan ini melegalkan dollar AS serta Rand, mata uang resmi Afrika Selatan. Sebenarnya mata uang Zimbabwe telah menyatakan dollar Zimbabwe dihapus menjadi nilai tukar resmi pasca kursnya yang kian lama semakin tidak berharga karena tergerus inflasi yang menjulang.
Bayangkan, inflasi negara pertanian yang kolaps itu mencapai miliaran persen setelah peristiwa penyitaan ribuan lahan milik petani kulit putih pada 2000 lalu.
Kami telah memancangkan batu nisan atas ‘kematian’ dollar Zimbabwe. Kami tidak akan mencetaknya lagi, ujar Menteri Keuangan Zimbabwe Tendai Biti ketika menyampaikan laporan fiskal semester I.
Sedangkan bagaimana keekonomian dalam negara Zimbabwe?
Dalam satu kali naik bus saja dihargai senilai 3 triliun dollar Zimbabwe dalam rupiah hanya 5.000 rupiah. Kemungkinan dalam wilayah RI kita lima ribu mungkin dapat 1 mangkok bakso dan 1 gelas air putih. Nah inilah yang bingung sang penulis untuk menyampaikan inspirasi ini kepada sang pembaca, kemungkinan ekonominya stabil “stara bilangan” he he he 3x. (Cuma dapat kaos dalam doang).
Kemungkinan ada contoh ?
Seumpamanya ada seorang penjual sebut saja namanya SUTARNO dia adalah penjual es puter, puter 3x Sutarno adalah orang yang sangat baik hati dan simple dia berkeliling untuk berjualan es puter tersebut ter ter ter …..! salah seorang wanita sebut saja AYU EKA FITRIANI menghampiri berniat untuk membelinya karena eka tersebut kehausan, ‘bang bang bang’ es puternya bang, berapa satu gelas? Yang dingin bangnya.
Jawab Sutarno!! Kalau harganya Cuma 2 triliun dollar Zimbabwe. He he he !!!
Nah presiden Zimbabwe Robert Mugabe menetapkan dollar Zimbabwe lagal seiring masih mata uang resmi Dollar AS dan Rand belum banyak beredar hal itu menyebabkan masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Adakah diwilayah negara Zimbabwe yang masih kekurangan uang untuk bertransaksi?
Wilayah negara Zimbabwe masih banyak yang kekurangan uang sebagai mata pencaharian yang mana sebagai alat transaksi yang sah, dollar Zimbabwe digunakan seperti halnya surat perjanjian atau promissory notes. Biasanya hal itu dilakukan untuk nilai transaksi yang tidak begitu besar. Beberapa pertokoan bahkan mengganti uang kembali dengan permen, cikelat, atau kupon yang ditulis tangan dan berlaku sebagai alat tukar. Seorang pedagang eceran di pinggiran Zimbabwe atau sebelah barat laut, Irene Gwata, mengatakan minimnya ketersediaan uang medorong masyarakat kembali menghidupkan sistem barter beberapa minggu belakangan. Mereka saling menukar kebutuhan yang diperlukan, seperti daging kambing, ayam dan seember jagung untuk ditukarkan dengan suatu barang.
Menurut pernyataannya, ia pernah menyaksikan seorang penumpang bus yang membayar ongkosnya dengan seekor ayam hidup agar bisa sampai ke Ibu Kota Harare yang jaraknya sekitar 150 km.
Mereka (penduduk) sebenarnya juga penasaran, apakah saya akan bersedia menerima sekeranjang telur sebagai kembalian, tuturnya yang masih bisa bergurau di tengah keadaanya yang sulit.
Pertanyaanya bagaimana bisa! Terus bagaimana tatanan dalam kota tersebut?
Kemungkinan semua itu bisa jadi, Zimbabwe sudah salah satu negera yang jadi contoh kebobrokan pemerintah mengatur ketatanan negara dalam bidang mata uang.
Sepertinya tidak seorang pun yang merasa canggung (menggunakan dollar Zimbabwe dalam bertransaksi), ungkap Abduh Noviko. Ia pun mengaku kerap melihat seorang petugas polisi menggunakan dollar Zimbabwe untuk membayar ongkos.
Bagaimana dengan sepek terjang kondektur supir bus yang ada di Zimbabwe?
Kondektur bus pun tampaknya tidak sungkan memilih berapa tiap triliunan dollar Zimbabwe yang dibayarkan oleh penupang bus tersebut. Al hasi yang penting sang supir bisa menghitung uang tersebut he he he..! yang uniknya sekaligus sedikit rumit, para sopir dan kondektur bus bisa memberi kelebihan ongkos yang dibayar oleh penumpang tersebut dalam bentuk dollar Zimbabwe menjadi dollar AS.
He he he 3x emang enuk !!!
Namun pernah terjadi suatu insiden. Salah satu penumpang menodong senjata apinya ke arah sopir dan memaksanya mengembalikan uangnya dalam dollar Zimbabwe. Di negara Zimbabwe dalam bertransaksi menggunakan lebih dari satu mata uang. Selain dollar Zimbabwe, negara yang terletak di Arika bagian selatan ini melegalkan dollar AS serta Rand, mata uang resmi Afrika Selatan. Sebenarnya mata uang Zimbabwe telah menyatakan dollar Zimbabwe dihapus menjadi nilai tukar resmi pasca kursnya yang kian lama semakin tidak berharga karena tergerus inflasi yang menjulang.
Bayangkan, inflasi negara pertanian yang kolaps itu mencapai miliaran persen setelah peristiwa penyitaan ribuan lahan milik petani kulit putih pada 2000 lalu.
Kami telah memancangkan batu nisan atas ‘kematian’ dollar Zimbabwe. Kami tidak akan mencetaknya lagi, ujar Menteri Keuangan Zimbabwe Tendai Biti ketika menyampaikan laporan fiskal semester I.
Sedangkan bagaimana keekonomian dalam negara Zimbabwe?
Dalam satu kali naik bus saja dihargai senilai 3 triliun dollar Zimbabwe dalam rupiah hanya 5.000 rupiah. Kemungkinan dalam wilayah RI kita lima ribu mungkin dapat 1 mangkok bakso dan 1 gelas air putih. Nah inilah yang bingung sang penulis untuk menyampaikan inspirasi ini kepada sang pembaca, kemungkinan ekonominya stabil “stara bilangan” he he he 3x. (Cuma dapat kaos dalam doang).
Kemungkinan ada contoh ?
Seumpamanya ada seorang penjual sebut saja namanya SUTARNO dia adalah penjual es puter, puter 3x Sutarno adalah orang yang sangat baik hati dan simple dia berkeliling untuk berjualan es puter tersebut ter ter ter …..! salah seorang wanita sebut saja AYU EKA FITRIANI menghampiri berniat untuk membelinya karena eka tersebut kehausan, ‘bang bang bang’ es puternya bang, berapa satu gelas? Yang dingin bangnya.
Jawab Sutarno!! Kalau harganya Cuma 2 triliun dollar Zimbabwe. He he he !!!
Nah presiden Zimbabwe Robert Mugabe menetapkan dollar Zimbabwe lagal seiring masih mata uang resmi Dollar AS dan Rand belum banyak beredar hal itu menyebabkan masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Adakah diwilayah negara Zimbabwe yang masih kekurangan uang untuk bertransaksi?
Wilayah negara Zimbabwe masih banyak yang kekurangan uang sebagai mata pencaharian yang mana sebagai alat transaksi yang sah, dollar Zimbabwe digunakan seperti halnya surat perjanjian atau promissory notes. Biasanya hal itu dilakukan untuk nilai transaksi yang tidak begitu besar. Beberapa pertokoan bahkan mengganti uang kembali dengan permen, cikelat, atau kupon yang ditulis tangan dan berlaku sebagai alat tukar. Seorang pedagang eceran di pinggiran Zimbabwe atau sebelah barat laut, Irene Gwata, mengatakan minimnya ketersediaan uang medorong masyarakat kembali menghidupkan sistem barter beberapa minggu belakangan. Mereka saling menukar kebutuhan yang diperlukan, seperti daging kambing, ayam dan seember jagung untuk ditukarkan dengan suatu barang.
Menurut pernyataannya, ia pernah menyaksikan seorang penumpang bus yang membayar ongkosnya dengan seekor ayam hidup agar bisa sampai ke Ibu Kota Harare yang jaraknya sekitar 150 km.
Mereka (penduduk) sebenarnya juga penasaran, apakah saya akan bersedia menerima sekeranjang telur sebagai kembalian, tuturnya yang masih bisa bergurau di tengah keadaanya yang sulit.